Selasa, 19 Mei 2015

Menyikapi Momentum Keterbatasan Alam

Menyikapi Momentum Keterbatasan Alam

Menjawab kelangkaan pasokan cacing sutra atau cacing darah terutama diwaktu musim penghujan. Habitat hewan air ini dialam liar menurut laporan pengamatan para pemburu cacing sutra kedalaman air berbeda-beda namun dapat disimpulkan kedalaman air tidak menentukan syarat hidup cacing sutra. Hal yang paling menentukan dari tumbuhnya koloni cacing sutra adalah : pH air, salinitas, kekeruhan, kadar oksigen, suhu udara, suhu air dan faktor hambatan paling ekstrim yang mengakibatkan menurunnya produksi cacing sutra dialam  adalah predator (pemangsa).
Komunitas atau penggiat budidaya cacing sutra saat ini banyak pelakunya dan berharap konten budidaya cacing sutra tanpa pakan ini menjawab /  berita yang menggembirakan, sebab alam sudah makin tidak kondusif, alam semakin beringas dan tidakramah lagi karena habitat cacing sutra dan habitat makhluk hidup lainnya sudah tergerus oleh berbagai kebutuhan manusia. Namun manusia tidak boleh kalah oleh alam, inovasi dan kreatifitas lah jawabannya.

Seri lanjutan artikel  :

Sukses Bisnis cacing darah atau CACING SUTRA dengan membudidayakan sendiri
CASUT
Gambar kolam cacing sutra dibelakang rumah Pak Muklis, Manager Divisi Logistik
(Mahakam Farm di Gebang Jember, Jatim. Cacing Sutra tersebut tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa diberi pakan apapun. Air kolam cacing sutra ini dialirkan dari kolam ikan lele pembesaran, anda bisa alirkan dari kolam ikan lainnya seperti ikan nila, patin, gurame, ikan mas dan bawal). Air kolam yang keruh akan menghasilkan cacing sutra lebih banyak

Mengenal cacing sutra secara umum

Diperuntukkan bagi aktivis usaha atau bisnis ikan hias dan sektor budidaya segmen pembenihan sangat tergantung tersedianya pakan cacing darah atau cacing-sutra, Pakan pengganti Cacing sutra saat ini banyak diperdagangkan namun beberapa peternak masih mempercayai peran cacing sutra tidak tergantikan. Pakan pengganti cacing sutra yang beredar juga dirasa sangat mahal dan terbatas juga. Oleh sebab itu cacing sutra masih tetap diburu dan menjadi lahan empuk bisnis pakan benih oleh para pembenih dan hobiis ikan hias,namun jika musim hujan tiba, apa hendak dikata cacing sutra pun hilang dari peredaran. Semua pembenih dan pendeder blingsatan seperti sering dialami Mas Doel pemilik DOEL FARM di grojogan Bangun Tapan Kabupaten Bantul.
Saat ini sudah banyak cacing sutra atau caing darah yang dibudidayakan sendiri namun kebutuhannya masih belum mencukupi memenuhi kebutuhan pasar. Dibeberapa tempat budidaya  cacing sutra masih menggunakan pakan  seperti kotoran ayam dan ampas tahu.
Dibawah ini akan dikupas bagaimana caranya beternak cacing sutra tanpa asupan pakan apapun. Bagaimana caranya ?, lanjuuuut.
Persiapan kolam/empang atau bak penangkaran
  1. Siapkan paling sedikit 2 (dua) buah bak atau kolam. Ukuran disesuaikan dengan yang diingini atau luas lahan yang dimiliki. . Kolam pertama diperuntukkan untuk kolam ikan (tidak untuk dipanen). Kolam pertama ini berfungsi agar air kolam dialirkan kekolam yang kedua yang digunakan untuk/menuju kolam cacing sutra. Cara seperti ini dilakukan agar kolam pertama yang disi ikan apa saja akan mengeluarkan kotoran / feses / tahi ikan yang menjadi pakan utama cacing sutra. Akan lebih spesial lagi jika air yang dibuang dari kolam cacing sutra dikembalikan lagi kekolam ikan (mengadopsi teknologi akuarium)
  2. Beri naungan / peneduh / atap (yang terbaik dari ijuk, agar tidak terkena sinar matahari langsung dan air hujan. (air hujan Ph menjadi rendah / menurun)
  3. Tinggi kolam idealnya minimal 75-100 cm untuk menghindari pemangsa atau predator masuk kekolam cacing sutra seperti kodok, ular dan kadal. Anak-anak atau larva ikan mujaer akan menhancurkan rencana beternak cacing sutra yang sudah kami kerjakan karena sumber air kami alirkan dari sungai.
  4.  Air yang dialirkan dari kolam ikan kekolam cacing sutra (sirkulasi) minimal 0,5 liter permenit. Pintu air masuk kekolam cacing sutra sama besar dengan pintu keluar air. Meniru dari habitat aslinya di alam, cacing sutra tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada air yang mengalir meskipun kondisi air dalam keadaan kotor atau keruh.  Di lingkungan hidup cacing sutra yang asli nya cacing sutra mudah ditemukan di belakang abrik roti, home industry  tahu, pabrik pembuatan gula pasir, sentra pembuatan gula aren dan parit-parit atau selokan dipemukiman penduduk yang kumuh dan dibantaran sungai yang dalam dimusim panas.
  5. Sterilisasi, Bersihkan media kolam cacing sutra agar steril dari bahan kimia, bakteri, virus dan predator cacing sutra.
  6. Isi media bak/kolam cacing sutra dengan tanah dengan tinggi 3 cm s/d 5 cm, beri pupuk NPK, kapur dolomit, pupuk urea dan ZA atau TSP masing-masing 0,5kg per meter persegi. Ratakan permukaan agar menjadi rata dengan menggunakan bilah bambu, triplex atau papan.
  7. Biarkan selama antara 3 hari hingga 5 hari, tujuannya agar bakteri, racun-racun mati (amoniak)
  8. Setelah 3 hari atau 5 hari atau lebih beri air setinggi 3 cm s/d 5 cm, biarkan lagi hingga 7 hari. Hari ke-8 beri biang atau indukan cacing sutra yang bisa dibeli atau dipesan dari pengepul / pedagang cacing sutra.
  9. Info penting : Sebelum cacing di masukkan cuci terlebih dahulu dengan air bersih / air sumur agar hama, bakteri atau virus yang terbawa dari air alam agar menjadi bersih. Kegagalan terjadi disebabkan pemula lupa melaksanakan point ini.
  10. Setelah 35 hari hingga 55 hari cacing sutra akan muncul dan bisa dipanen (panen perdana). Diawali dengan cacing sutra berwarna putih dan setelah beberapa hari akan memerah. Di point ini anda sudah bisa tersenyum-senyum.
  11. Pada panen kedua atau berikutnya cacing sutra bisa dipanen pada hari ke-11 hingga hari ke-15 dan seterusnya. Biasanya pada bulan ke-6 produksi akan menurun dan sebaiknya lakukan sterilisasi lagi.
Mengenal secara singkat cacing sutra.
  1. Koloni cacing sutra hidup bergerombol, bergerak melayang-layang,  hewan hemaprodith atau makhluk yang berganti kelamin dari betina menjadi jantan pada hari ke-11. Oleh sebab itu jika tidak dipanen pada hari 11 hingga 15 cacing sutra tidak akan menambah jumlahnya (tetap)
  2. Cacing sutra mampu hidup menyukai suhu udara antara 26’C hingga 34’C
  3. Cacing sutra hidup diair yang tenang tapi tetap mengalir dan toleran terhadap air yang kotor.
  4. Pertanda anda akan sukses beternak cacing sutra setelah 25-30 hari akan muncul cacing sutra kecil berwarna putih dengan tekstur lembut melambai-lambai . Lambat laun hingga hari ke 45-55 anda akan menyaksikan hasil karya ciptaan anda berupa hamparan pemandangan berwarna merah mengisyaratkan tak lagi mengharap kebaikan alam yang kian lama kian tidak lagi bersahabat.
  5. Di sebagian daerah di sumatera cacing sutra juga disebut cacing darah, cacing darah bisa diperoleh dalam bentuk beku yang di packing/kemasan dalam plastik.
Demikian petunjuk singkat, ringkas dan praktis ini dan semoga berhasil, salam cacing sutra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar